my KL – PENANG trip

akhirnya ada kesempatan juga buat jalan-jalan lagi, setelah sedikit “memelas”, “membajak” dan “memaksa” maka terkabulkanlah rencana saya buat jalan-jalan hehehehe (untuk yang satu ini jangan ditiru ya….)

Well, karena dibatasi dengan anggaran dan waktu, maka pilihan jalan-jalan kali ini jatuh pada KL & Penang karena setelah cek ‘n ricek tiket, tujuan kedua tempat inilah yang paling murah dan cukup serulah sepertinya untuk dikunjungi walaupun sudah pernah ke KL sebelumnya. Ok, berangkat dari kota tercinta, kota Tinutuan pukul 12.00 WITA dengan menggunakan jasa mbak Sri 🙂 dan tiba di jakarta pukul 15.3o WIB langsung lanjut penerbangan ke KL. O ya, sekarang ini untuk penerbangan internasional kita tidak perlu membayar/mengurus fiskal lagi dengan menunjukkan nomor NPWP, jadi setelah check-in langsung bayar airport tax lanjut deh ke antrian imigrasi. Flight MH 722 boarding pukul 18.oo WIB dan begitu masuk pesawat langsung disambut dengan aroma bunga2 melayu, musik2 melayu dan wajah para awak kabin yang sangat melayu hehehehe….  Tak terasa waktu 2 jam di udara usai sudah, Pak Cik Pursernya mengumkan bahwa sebentar lagi akan segera mendarat di KL.

Di KL sendiri saya jadikan sebagai “kota transit” saja, sebelum melanjutkan perjalanan ke penang. Jadinya selama di KL  hanya pusing-pusing daerah Chinatown, KLCC & Bukit Bintang sahaja, tempat membeli oleh2 buat keluarga 🙂 Ada cerita lucu juga karena di bukit bintang saya bertemu dengan petugas mirip mbak Tike ekstravaganza yang membantu saya memilihkan parfume yang cocok untuk ibu & kakak saya, dan ternyata pilihan si mbak Tike ini manjur juga, karena mereka cocok dengan aromanya ^^ Untuk jalan-jalan di KL tidak terlalu banyak yang bisa diceritakan karena saya fokusnya untuk perjalanan ke Penang. Satu hal yang menarik juga (dan mungkin sudah banyak yang tahu), KFC di sana menyediakan menu nasional mereka : Nasi Lemak a la KFC hehehehe…. keren juga, kapan ya KFC di Indonesia ada menu nasi padangnya? hehehe….

Untuk perjalanan ke Penang saya memilih menggunakan jasa Kereta Tanah Melayu yang tersohor itu (via Butterworth). Agak dag dig dug juga karena tidak sempat bookin sebelum berangkat ke KL, tapi syukurlah ketika tiba loket ternyata masih ada seat yang tersisa (dapet yang sleeper pula) hehehehe….. Akhirnya setelah beres2 barang dan belanjaan di hotel, malam harinya saya bertolak ke KL sentral untuk menunggu train “Senandung Mutiara”  yang akan membawa saya ke bagian utara Malaysia. Sambil menunggu, saya mencari makan malam di food courtnya. Mungkin karena sudah agak malam, makanya banyak yang sudah tutup atau habis menunya. Alhasil, lagi2 saya menyantap nasi lemak malam itu. Setelah menunggu sejenak, akhrinya proses “boarding” pun dimulai. Berangkat dari KL Sentral pukul 22.00 waktu setempat dan tiba di Butterworth pukul 05.30 (di jadwal 04.58) waktu setempat. Perjalanannya saya habiskan dengan tidur karena seharian capek mengelilingi KL.

Tiba di Butterworth langit masih gelap, lanjut ke pelabuhan Ferry dengan membayar RM 1.5 langsung menunggu di ruang tunggu. Perjalanan dari Butterworth ke Penang hanya memakan waktu 15 menit. Satu hal yang menarik, baik di Butterworth maupun di Penang, pelabuhan ferrynya selain sangat strategis, juga terhubung dengan terminal bus/train sehingga kita tinggal berjalan kaki saja menyusuri jalur yang sudah disediakan.

Sampai di hotel ternyata masih kepagian dan ternyata jam check-in nanti jam 2 siang, sedangkan waktu baru menunjukkan pukul 7 pagi!!! Hadeuh…. untunglah pihak hotel berbaik hati meminjamkan shared bathroomnya untuk dipakai mandi dan ganti baju, jadi siap untuk jalan2…. Hehehehe…. Yang menjadi masalahnya adalah mau kemana? Waktu menunjukkan pukul 8 pagi, sedangkan menurut petugas di hostel, katanya tempat kunjungan biasanya buka nanti jam 10 pagi. Akhirnya, teringatlah saya akan pantai Batu Feringgi yang berjarak 1 jam dari Georgetown dengan menggunakan rapid Penang.  Pantainya berpasir putih dan sepi, tapi kayaknya masih lebih seruan di Kuta hehehe….

Puas berkeliling di Batu Feringgi, saya melanjutkan perjalanan ke kuil Buddha Thailand dan Myanmar (Burma) yang letaknya saling berhadapan. Belakangan saya tahu bahwa kedua etnis ini banyak yang datang dan tinggal di Pulau Penang.

Acara memotret kuil Buddha Thailand & Myanmar usai, saya mampir sebentar di Komtar (kalau di Jakarta mungkin kawasan blok M) untuk melanjutkan perjalanan ke Chowrasta Market untuk beli beberapa buah tangan 😉 dan makan siang. Setelah berputar-putar karena kebingungan, maka dapatlah saya tempat ini. Tak terasa waktu sudah menunjukkan hampir pukul 2 siang, saatnya check-in ke hotel. Badan sudah capek dan mengantuk, sayapun terlelap…. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, tapi biar udah jam 7 malam di sini masih seperti petang kalau di Indonesia. Di Penang benar-benar akan gelap seperti malam kalau sudah jam 8. Mungkin ini karena sistem waktunya yang terlalu “memaksa” kalau saya bisa katakan demikian. Di sini waktunya satu jam lebih cepat daripada di Jakarta, padahal kalau dilihat dari lokasinya kayaknya lebih cocok dengan waktu di Jakarta.

Saat itu, saya berencana berkunjung ke Jetty (sesuai anjuran dari petugas di hotel). Awalnya saya pikir Jetty yang dimaksudkan si petugas adalah kampung nelayan, tapi ternyata adalah Esplanadenya Penang (begitu sih tertulis di brosurnya), ya ada taman, banyak jajanan dan banyak pengunjung karena kebetulan waktu itu malam minggu. Dan ternyata dalam perjalanan ke Jetty itu saya secara tidak sengaja bertemu dengan gedung-gedung tua dan bersejarah yang belum sempat saya kunjungi siang tadi. Jadi, seperti pepatah mengatakan sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, demikianlah perjalanan saya malam itu. Saya melewati beberapa gedung bergaya kolonial, seperti gedung mahkamah tinggi dan St.George church. Sayang waktu itu Fort Cornwalis sudah tutup, jadi tidak bisa masuk.

Hari kedua Penang paginya saya mengikuti kebaktian di gereja Anglikan St.George. Seru juga, karena seumur-umur belum pernah masuk di gereja Anglikan Hehehe…. Dan senang sekali rasanya bisa mendapat kesempatan untuk masuk ke dalam gedung mewah dan antik tersebut.

Perjalanan pun dilanjutkan ke Penang Museum. Di sini banyak informasi yang didapatkan, tapi sayang tak bisa foto-foto. Puas berkeliling di museum Penang, perjalanan dilanjutkan ke Fort Cornwalis. Foto-foto sebentar, dan saat mau keluar, ternyata sorenya ada pertunjukkan Chingay…. Jadinya saya berencana untuk kembali lagi ke Fort Cornwalis sorenya. Sebenarnya siang itu setelah berkunjung ke Fort Cornwalis saya ingin ke Penang Hill (Bukit Bendera), tapi ternyata sedang tutup. Jiah….. jadi mending saya balik ke penginapan istirahat sebentar untuk menonton Chingay ^^

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Satu jam sudah menonton Chingay…. saatnya pusing-pusing sejenak melihat bangunan-bangunan tua di Georgetown, sebelum kembali ke Indonesia.

 

 

 

 

Kembali dari Penang ke Jakarta dengan menggunakan maskapai Malaysia Airlines transit di KLIA. Airport di Penang lumayan besar dan bersih. Banyak penerbangan internasional yang melayani rute ke Penang. Sekian dulu cerita kali ini, semoga bisa bermanfaat dan mudah-mudahan ada kesempatan lagi dan berkat untuk jalan-jalan…. Heheheheh 🙂